Awalnya daun salam digunakan sebagai simbol kehormatan dan kesuksesan. Simbol tersebut diberikan oleh kaisar Romawi dan Yunani, para pemenang medali olimpiade, cendekiawan, pahlawan, dan penyair. Ciri-ciri dari daun salam adalah daunnya tebal dan teksturnya kasar. Bentuk daunnya memanjang dan ujungnya runcing. Baca juga: Apa Itu Daun Bidara? Re Mendeteksi Perangkat yang digunakan. Halo, salam kenal. 1. setau saya tidak ada, yang ada hanyalah mendeteksi student mengakses melalui apa, apakah web atau cli (aplikasi Moodle), ini dpt dilihat melalui log. 2. saya belum pernah nemu sampai sejauh ini. saran saya, apabila memungkinkan sebaiknya menggunakan safe exam browser (laptop Syalomjuga mengandung arti kesehatan, kemakmuran, kesuburan negeri, umur panjang, terhindari dari berbagai bahaya, berhasil di dalam upaya dan jerih payah, serta hidup rukun dengan orang lain. Fast Money. Ucapan salam Islam. Sumber salam Islam. Sumber Islam apa yang paling baik?” Lantas Nabi Muhammad SAW menjawab, “Memberi makan kepada orang yang butuh dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali.”“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu dengan yang serupa.”ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ الإِيمَانَ الإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ ، وَالإِنْفَاقُ مِنَ الإِقْتَارِArtinya, “Tiga perkara yang apabila seseorang memiliki ketiga-tiganya, maka akan sempurna imannya, yaitu bersikap adil pada diri sendiri, mengucapkan salam pada setiap orang, dan berinfaq ketika kondisi pas-pasan.” Sebuah kisah dialog pendek antara seorang ayah dengan anaknya. Sang anak bertanya pada ayahnya tentang apa saja yang selama ini ia lihat dan amati. “Wahai Ayahku, mengapa sering kali aku lihat bahwa banyak orang yang sudah kaya dan menjadi pejabat. Tetapi, ia masih sering mencuri yang bukan hak mereka seperti korupsi, merampok, dan sebagainya. Lalu kemudian di saat yang sama, orang-orang saling menyakiti, merendahkan, menghina, dan mencaci. Padahal seyogyanya mereka hidup bersama, saling tolong-menolong dan menyelamatkan. Sang ayah menjawab, Wahai anakku, ketika engkau menyaksikan hal-hal seperti itu berarti orang-orang tersebut belum mampu mengamalkan tentang salam. Mereka hanya mengucap dan menjawab salam hanya sebatas di lisan. Andai kata mereka mampu mengamalkan Assalamu’alaikum di dalam perilaku mereka sudah pasti akan saling menyelamatkan satu dengan lainnya. Salam juga disebutkan dalam sebuah Hadist Riwayat Muslim, yang mempunyai arti, “kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling cinta. Maukah aku tunjukkan sesuatu, bila kalian lakukan maka kalian akan saling cinta? Sebarkanlah salam di antara kalian. Hal tersebut dipaparkan Ustadz Moh. Mizan Habibi saat memberikan kajian di channel Youtube Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam belum lama ini. Ustadz Mizan menjelaskan bahwa terdapat esensi dalam kalimat Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. “Terdapat tiga kata kunci dalam salam, yakni Assalam; Rahmat; Barokah,” sebutnya. Ketiga kata tersebut memiliki posisi yang berbeda-beda. Assalam tidak disandarkan secara langsung dengan kata Allah. Sedangkan Rahmat dan Barokah disandarkan kepada kata Allah secara langsung. Artinya, menurut Ustadz Mizan adalah keselamatan itu membutuhkan peran penting di antara manusia. Ketika kita mengucap dan kemudian ada yang menjawab, maka kalimat salam termanifestasikan dalam perilaku kita dengan saling menjaga keselamatan antar sesama. Tiga hal yang harus dijaga dalam menjaga keselamatan Pertama, keselamatan jiwa dan raga. Sebagai contoh dalam masa pandemic Covid-19, kita setidaknya harus saling menjaga diri agar virus ini tidak masuk dalam tubuh. Upaya menjaga keselamatan diri dari virus dapat dilakukan dengan menggunakan masker, mencuci tangan, olahraga yang rajin, kemudian makan makanan bergizi. “Banyak hal lain yang bisa kita lakukan; semisal tidak memukili orang lain, tidak membunuh, dan perilaku kejahatan lainnya,” ungkap Ustadz Mizan. Kedua, keselamatan martabat. Dalam konteks Covid-19, kita dapat menjaga martabat diri dengan tidak menaruh klaim atau menjustifikasi seseorang yang terkena virus sebagai orang yang harus dihindari. Apabila kita mengklaim seseorang sampai tidak menerima jenazah positif corona seperti kabar dari media, maka betapa hati keluarganya sakit hati dan bersedih. “Ini berarti kita belum mampu menjaga martabatnya. Sudah sepatutnya kita kemudian menjaga hati keluarganya agar tidak tersakiti,” jelasnya. Ketiga, keselamatan harta benda. Khususnya dalam masa pandemi, banyak bantuan seperti sembako yang disediakan oleh pemerintah maupun volunteer untuk membantu para korban. “Kita dapat menjaga keselamatan bantuan tersebut dengan tidak memanipulasinya dan membagikannya kepada orang yang tepat,” pesan Ustadz Mizan. SF/RS Oleh Dikdik Dahlan Lukman *Menyapa adalah salah satu bentuk kepedulian, penghargaan, bahkan mungkin penghormatan seseorang yang dilakukan untuk saudara, teman, sahabat, atau hanya sekadar kenalan. Tujuannya agar mereka merasa dihargai dan karena itu mereka pun menjadi semakin erat dan akrab. Cara serta ekspresi orang ketika menyapa pasti itu didasarkan perbedaan ajaran yang tertanam, baik ajaran agama, kepercayaan, maupun budaya yang dikembangkan dalam suatu komunitas. Islam mengajarkan bentuk sapaan itu dengan ucapan salam yang bagi kaum Muslimin. Salam itu bukan hanya berfungsi sebagai alat sapaan, melainkan sebuah syariat, doa, sekaligus penghormatan, yang dalam bahasa Alquran disebut tahiyyah QS an-Nisa [4] 86.Bukti bahwa salam merupakan bagian dari syariah, Rasulullah mengajarkan ucapan salam itu secara pasti, yaitu "Assalaa mua laikum warahmatullahi wabarakaatuh". Salam dianjurkan untuk diamalkan, dihidupkan, disebarkan, dan dibiasakan oleh umatnya. Anjuran ini bahkan dijelaskan secara perinci kepada siapa, kapan, bagaimana, dan siapa yang seharusnya memulai memberi salam serta keuntungan yang bakal didapat dari mengucapkan salam. Karena sebagai sebuah syariat, insya Allah orang yang mengamalkan anjurannya mendapat pahala dan digolongkan sebagai amalan ibadah. Karena sebagai sebuah syariat pula, seyogianya ucapan salam itu tidak perlu diubah, baik dengan pengurangan maupun penambahan dari yang dianjurkan oleh Rasulullah. Apa yang dianjurkan oleh Rasulullah insya Allah merupakan yang terbaik untuk juga adalah doa. Ucapan salam yang diajarkan Rasulullah itu memiliki arti "Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dianugerahkan Allah kepada kalian." Ada tiga permintaan yang langsung dialamatkan kepada Allah untuk setiap orang yang disapa, yaitu keselamatan, kasih sayang rahmat, dan keberkahan Allah. Berkah, dalam kacamata para ulama, terutama Imam Nawawi, Imam Ghazali, dan Imam Qurthubi adalah tumbuh dan berkembangnya lantunan sebuah salam, setidaknya berisi doa agar Allah melimpahkan keselamatan dan rahmat-Nya, kemudian menambahkan kebaikan-Nya pula dari keselamatan dan rahmat yang diberikan tersebut. Dalam salam, terkandung doa yang tidak mungkin orang tidak mau menerimanya. Semua orang mukmin pasti berkeinginan mendapatkan keselamatan, kasih sayang Allah, dan keberkahan itu, tanpa surah an-Nisa ayat 86, Allah SWT berfirman "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya atau balaslah penghormatan itu dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu." Hampir keseluruhan mufasir memaknai kata tahiyyah dalam ayat ini dengan penghormatan yang di antara bentuknya adalah ucapan salam itu. Artinya, ketika seseorang mengucapkan salam kepada mitranya, sesungguhnya ia sedang memberikan dalam bentuk jaminan bahwa ia akan menjunjung tinggi nilai-nilai keselamatan dan kedamaian dengan mitranya sesuai dengan makna salam sebagaimana diungkapkan oleh Sayyid Qutb dalam Fi Zhilalal Qur'an atau juga makna tahiyyah sebagaimana dikemukakan oleh Qurais Shihab yang mengatakan bahwa kata ini digunakan untuk menggambarkan segala macam penghormatan, baik dalam bentuk ucapan maupun pantas seseorang mengucapkan salam kepada mitranya, tetapi ia tetap berdusta, berbuat licik, menyakiti hatinya, baik dengan lisan, perbuatannya, maupun aktivitas lainnya yang menyebabkan terenggutnya rasa aman, kenyamanan, ketenteraman, dan kedamaian hidup mitra yang diberi salam seseorang mengucapkan salam kepada mitranya harus dipahami bahwa ketika itu ia sudah memberikan jaminan kepada yang diberi salam bahwa ia tak mungkin melakukan hal-hal yang menjadikannya tidak merasa selamat, tidak aman, dan tidak nyaman. Inilah barangkali hakikat tahiyyah penghormatan dalam salam. Pantas sekali mengapa Allah menyuruh membalas setiap lantunan salam yang didengar.

mengapa salam tersebut yang digunakan